LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR SISTEM PERIODIK UNSUR
LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
SISTEM PERIODIK UNSUR
DISUSUN
O
L
E
H
NAMA
: NUR BALQIS MAULYDIA
NIM
: 1608109010022
KELOMPOK
: 7
JURUSAN
: FARMASI
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
ABSTRAK
Telah
dilakukan percobaan dengan judul “Sistem Periodik Unsur” yang
bertujuan untuk mempelajari sifat kereaktifan unsur alkali dan alkali
tanah serta mempelajari reaksi unsur alkali dan alkali tanah dengan
air dan senyawa lain. Prinsip yang digunakan pada percobaan ini
adalah prinsip kualitatif dimana reaksi yang terjadi diamati tanpa
adanya perhitungan. Pada percobaan ini dilakukan reaksi antara logam
alkali (logam Na) dan logam alkali tanah (logam Mg), yang
masing-masing direaksikan dengan air dan senyawa lain seperti CuSO4,
Penolftalein,
AgNO3,
Pb(NO3)
2,
FeCl3
dan
HgCl2.
Hasil yang diperoleh pada percobaan ini membuktikan tentang
kereaktifan yang berbeda antara logam alkali dan alkali tanah.
Kesimpulan dari percobaan ini adalah golongan alkali merupakan unsur
yang sangat reaktif sedangkan logam alkali tanah kurang reaktif.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Orang-orang
Yunani kuno menyimpulkan bahwa atom merupakan partikel terkecil yang
tidak dapat dibagi lagi (a : tidak, tomos : terbagi). Teori modern
baru muncul ketika Jhon Dalton mengemukakan teori atomnya pada awal
abad kesembilan belas. Lalu timbul pertanyaan, bagaimana susunan
atom-atom tersebut? Mengapa unsur-unsur yang terdapat di alam dalam
susunan table periodic harus menempati posisi yang berbeda-beda?
Apakah ada kemiripan dalam setiap atom?
Dalam
table system periodic unsur, atom-atom terbagi menjadi 2 (dua)
golongan utama dan transisi serta terbagi menjadi 7 (tujuh) periode
dengan disertai deret lantanida dan aktinida. Bagaimanakah
unsur-unsur bisa disusun seperti itu?
Dengan
adanya masalah tersebut, maka dilakukan percobaan dengan judul
“Sistem Periodik Unsur” yang akan menjelaskan tentang perbedaan
antara golongan unsur yang satu dengan yang lain.
1.2
Tujuan Percobaan
- Untuk mempelajari sifat kereaktifan unsur logam alkali dan logam alkali tanah
- Untuk mempelajari reaksi unsur logam alkali dan logam alkali tanah dengan air
- Untuk mempelajari reaksi senyawa logam alkali dan logam alkali tanah dengan senyawa lain
1.3
Manfaat Percobaan
Manfaat
yang diperoleh dari percobaan ini adalah:
- Praktikan mampu mengetahui tentang kereaktifan logam alkali dan logam alkali tanah
- Praktikan mampu mengetahui reaksi yang terjadi antara logam alkali dan logam alkali tanah jika direaksikan dengan air dan senyawa lain
- Praktikan mampu mengetahui tentang penyusunan kepriodikan system periodic unsur
BAB
II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Jika
sepotong besar emas dipotong (tomos) menjadi dua, kedua potong itu
masih berupa emas. Jika potongan-potongan ini dibagi lagi, dan
kemudia dibagi lagi dan lagi, akhirnya orang akan sampai pada
potongan terkecil. Partikel kecil ini tak dapat lagi dipotong
(Yunani: a-tomos,
berarti
tak dipotong), karena partikel ini merupakan partikel satuan dari
emas, suatu atom emas.
Selama
lebih dari 2000 tahun setelah awal yang rasional ini, gagasan
partikel kecil yang disebut atom itu sedikit saja mempengaruhi cara
berfikir para filosof alam. Baru pada akhir abad tujuh belas,
kelahirsn kimia modern memusatkan perhatian pada penyelidikan
benda-benda berbahan dan sampai pada pengenalan beda yang mendasar
antara zat-zat elementer dan kompleks. Memang baru pada awal abad
kesembilan belas, sekitar tahun 1803, seorang ahli kimia Inggris
merumuskan teori atom.
Pada
saat Dalton pertama kali mengemukakan teori atomnya, terdapat sekitar
40 unsur yang telah diketahui. Salah satu usaha awal untuk
menggolongkan unsur-unsur yang mirip dilakukan oleh Johann
Dobereiner, dalam 1817-1830, ketika ia mengelompokkan unsur-unsur
serupa tiga-tiga, triad. Ia mencatat bahwa besi, kobalt, dan nikel
mirip satu sama lain dalam banyak hal, demikian pula klor, brom dan
iod.
Pada
awal 1860-an dikenal 63 unsur, dan beberapa ahli kimia, di antaranya
John Newlands di Inggris. Lothar Meyer di Jerman dan Dmitri Mendeleev
di Rusia, menyadari bahwa suatu azas yang mengasyikkan berlaku pada
unsur-unsur yang mereka kenal. Ahli kimia kuno ini menjumpai bahwa
jika unsur-unsur didaftar menurut kenaikan bobot atom, unsur-unsur
dengan sifat serupa muncul secara berkala dalam daftar itu
(Keenan,1999).
Boyle
sebagai pelopor ilmu kimia modern dalah orang pertama yang memberikan
definisi bahwa unsure adalah suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi
lagi menjadi dua zat atau lebih dengan cara kima. Sejak itu orang
dapat menyimpulkan bahwa unsure-unsur mempunya sifat ysng jelas dan
ada kemiripan diantara sifat unsure-unsur itu. Akhirnya ditemukan
bahwa kemiripan itu muncul secara teratur dan secara periodic jika
unsure-unsur itu diatur menurut bbot atom. Keteraturan ini pada tahun
1869 dikenal sebagai kepriodikan yang dinyatakan dalam suatu daftar
sebagai susunan berkala atau system periodic. Perkembangan sistem
periodic dimulai pada akhir abad 18 dan permulan abad 19.
- Lavoisier (1769)
Setelah
Boyle memberikan penjelasan tentang konsep unsure. Lavoisier pada
tahun 1769 menerbitkan suatudaftar unsure-unsur. Lavoisier membagi
unsure-unsur dalam logam dan nonlogam. Pada waktu itu baru dikenal
kurang lebih 21 unsur.
- Dalton
Pada
permulaan abad 19 setelah teori atam Dalton disebarluaskan, orang
berusaha mengklasifikasi unsure secara langsung dan tidak langsung
berdasarkan teori ini.
- Johan Wolfgang Dobereiner (1917)
Adlah
orang pertama yang menemukan adanya hubungan antara sifat-sifat
unsure dan bobot atomnya. Pada tahun 1917 ia mengamati beberapa
kelompok unsure yang mempunyai kemiripan sifat yang disebut dengan
triade
Dobereiner.
Salah satu kelompok 3 unsur itu adalah klor, brom dan yod. Debereiner
menemukan bahwa bobot atom brom 80, merupakan rata-rata dari bobot
atom klor 35 dan bobot atom yod 127.
- J. A. K. Newland (1863-1865)
Newland
menyusun unsure-unsur yang telah dikenal pada waktu itu menurut
kenaikan bobot atomnya. Ditemukan pengulangan sifat pada setiap
unsure kedelapan. Oleh karen itu unsure pertama, unsure kedelapan,
unsure kelimabelas dan seterusnya merupakan awalan suatu kelompok
seperti “oktaf dalam nada music”. Oleh karena itu keteraturan ini
dikenal dengan hokum oktaf.
- Begeyer De Chancoutois (1863)
Ia
adala orang pertama yang menyusun unsure secara periodic. Ia
menunjukkan fakta bahwa jika unsure-unsur disusun menurut penurunan
bobot atom, diperoleh secara periodic unsure yang sifatnya mirip.
Lothar Meyer (1869)
Meyer
menemukan hubungan yang lebih jelas antara sifat unsure dan bobot
atom. Meyer mengukur volume setiap atom dalam keadaan padat. Volume
atom setiap unsure adalah bobot ataom unsure dibagi dengan
kerapatannya.
- Dimitri Mendeleev
Banyak
ide pengelompokkan unsure yang lain yang diajukan tetapi tidak
memuaskan masyarakat ilmiah waktu itu. Namun, teori yang diusulkan
oleh kimiawan Rusia Dimitri Ivanovich Mendeleev (1834-1907), dan
secara independen oleh kimiawan Jerman Julius Lothar Meyer
(1830-1895) berbeda dengan usulan-usuln Lin dan lebih persuasive.
Keduanya ,empunyai pandangan sama sebagai berikut:
- Daftar unsure yang ada waktu itu mungkin belum lengkap
- Diharapkan sifat unsure bervariasi secara sistematik. Jadi sifat unsur yang belum diketahui dapat diprediksi (Barsasella, 2012).
Skema
klasifikasi unsur-unsur serupa yang dikenal sekarang ditemukan secara
terpisah dan hampir serempak oleh dimitri Mendeleev dan Lothar mayer
pada tahun 1869. “Jika unsur disusun berdasarkan
kenaikan bobot atom, seperangkat sifat akan terulang secara berkala.
Tabel berkala ialah penataan unsur-unsur dalam 12 baris mendatar dan
8 kolom tegak (golongan). Kedelapan golongan kemudian dibagi lagi
menjadi sub golongan yang sesuai, secara obyektif perlu ditinggalkan
beberapa ruang kosong bagi unsur-unsur yang belum ditemukan pada
waktu itu dan dibuat praduga mengenai bobot atom yang belum diketahui
secara pasti. (Petrucci, 1987: 245)
Golongan
I, yaitu logam alkali (litium, natrium, kalium, rubidium, dan
sesium), semua merupakan logam yang relative lunak dengan titik leleh
rendah yang membentuk senyawa 1:1 dengan klorin, dengan rumus kimia
seperti NaCl dan RbCl. Logam alkali bereaksi dengan air membebaskan
hydrogen; kalium, rubidium, dan sesium membebaskan kalor reaksi yang
cukup tinggi sehingga dapat menyalakan hydrogen. Golongan II, yaitu
logam alkali tanah (berilium, magnesium, kalsium, stronsium, barium,
dan radium), bereaksi dengan perbandingan 1:2 dengan klorin,
menghasilkan senyawa seperti MgCl2,
dan CaCl2.
Dari
unsure nonlogam, golongan VI, yaitu kalkogen (oksigen, sulfur,
selenium, dan tellurium), membentuk senyawa 1:1 dengan logam alkali
tanah (misalnya CaO dan BaS) tetapi senyawa 2:1 dengan logam alkali
(misalnya Li2O
dan Na2S).
Anggota Golongan VII, yaitu halogen (flourin, klorin, bromine dan
iodine) sangat berbeda dalam sifat fisik (flourin dan klorin berwujud
gas pada suhu kamar, bromine adalah cairan, dan iodine padatan),
tetapi perilaku kimianya sama. Unsure logam alkali yang mana saja
akan bereaksi dengan halogen yang mana saja dengan perbandingan 1:1
membentuk senyawa seperti LiF atau RbI, yang dinakan alkali halide.
Logam alkali tanah bereaksi dengan halogen dengan perbandingan 1:2
menghasilkan halide alkali tanah seperti CaF2dan
MgBr2,
(Oxtoby,
2001).
DAFTAR
PUSTAKA
Barsasella,
Diana. 2012. Buku
Wajib Kimia Dasar.
Trans Info Media. Jakarta
Keenan,
W. Charles. 1990. Ilmu
Kimia
untuk Universitas edisi Keenam . Terjemahan
dari General College Chemistry sixth edition oleh Aloysius Hadyana
Pujaatmaka. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Petruci,
Ralph. 1987. Kimia
Dasar Prinsip dan Terapan Modern.
Erlangga. Jakarta.
Oxtoby,
David W. 2001. Prinsip-prinsip
Kimia Modern. Terjemahan
dari Principles of modern chemistry oleh Suminar Setiati Achmadi.
Penerbit Erlangga. Jakarta
Komentar
Posting Komentar