laporan praktikum kimia dasar soikiometri larutan
LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
STOIKIOMETRI
LARUTAN
DISUSUN
O
L
E
H
NAMA
: NUR BALQIS MAULYDIA
NIM
: 1608109010022
KELOMPOK
: 7
JURUSAN
: FARMASI
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
ABSTRAK
Telah
dilakukan percobaan dengan judul “Stoikiometri Reaksi”. Percobaan
ini bertujuan untuk menentukan stoikiometri reaksi sistem : Pb(NO3)2 + NaCl + H2O.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode job atau
metode variasi kontinu.
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan Pb(NO3)2 +
NaCl
menghasilkan PbCl2 +
2Na(NO3).
Hasil
yang diperoleh dari percobaan ini adalah bila 5 mL Pb(NO3)2
direaksikan
dengan 5 mL NaCl residu yang terbentuk 0,029 gr. 6 mL Pb(NO3)2
direaksikan
dengan 4 mL NaCl residu yang terbentuk 0,027 gr. 7 mL Pb(NO3)2
direaksikan
dengan 3 mL NaCl residu yang terbentuk 0,043 gr. 9 mL Pb(NO3)2
direaksikan
dengan 1 mL NaCl residu yang terbentuk 0,003 gr. Kesimpulan yang
diperoleh dari percobaan ini adalah hasil residu yang berbeda dari
setiap percobaan dapat terjadi karena adanya perbedaan antara jumlah
zat terlarut dengan zat terlarut.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perhitungan
merupakan hal yang paling penting untuk mengamati gejala yang terjadi
di alam. Dalam ilmu kimia, perhitungan atau dapat disebut juga dengan
stoikiometri. Stoikiometri merupakan elemen dasar dari perkembangan
kimia modern.
Reaksi
kimia
yang berlangsung harus setara, koefisien dari pereaksi harus seimbang
dan adanya hukum-hukum konservasi yang harus diketahui seperti
konservasi massa dan konservasi energi.
Percobaan
dilakukan dengan mereaksikan Pb(NO3)2 dan
NaCl. Dalam percobaan ini jumlah zat yang direaksikan berbeda-beda.
Hal ini bertujuan agar kuantitas dari stoikiometri dapat berjalan.
Namun, reaksi tersebut harus disetarakan, dihitung massa dari kertas
saring untuk menyaring filtrat dan memanaskan dengan gelas arloji
agar kertas saring kembali kering dan residu dapat diketahui
massanya.
Berdasarkan
masalah tersebut maka dilakukan percobaan dengan judul “Stoikiometri
Reaksi” yang titik fokusnya berada pada perhitungan tentang residu
yang terbentuk dengan menggunakan metode job. Metode job atau variasi
kontinu dilakukan dengan menggunakan jumlah pereaksinya berubah-ubah
sehingga menghasilkan nilai sisitem yang digunakan untuk meramalkan
stoikiometri.
1.2
Tujuan Percobaan
Tujuan
dari praktikum Stoikiometri Reaksi ini adalah untuk menentukan
stoikiometri reaksi sistem : Pb(NO3)2+NaCl +H2O.
BAB
II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Dalama
bahasa Yunani, kata stoicheion
berarti unsur. Istilah stoikiometri (stoichiometry)
secara harfiah berarti mengukur unsure tetapi dari sudut pandang
praktis, stoikiometri meliputi semua hubungan kuantitatif yang
melibatkan massa atom dan massa rumus, rumus kimia, dan persamaan
kimia. Koefisien dalam persamaan kimia
2
H2(g) +
O2(g)
menghasilkan2 H2O(l)
berarti
2x
molekul H2 +
x
molekul O2
menghasilkan2x
molekul H2O
Bila
x
= 6,02214 1023
(bilangan Avogadro), maka x
molekul juga diartikan 1 mol. Jadi persamaan kimianya adalah
2
mol H2 +
1 mol O2
menghasilkan
2
mol
H2O
Koefisien
pada persamaan kimia memungkinkan kita membuat pernyataan, seperti
berikut. Dua mol H2O
dihasilkan
untuk setiap dua mol H2
yang
terpakai. Dua mol H2O
dihasilkan untuk setiap satu mol O2
yang terpakai. Dua mol H2
terpakai untuk setiap satu mol O2
yang terpakai. Lebih jauh, kita dapat mengubah pernyataan itu menjadi
faktor konversi yang dinamakan faktor stoikiometri (stoichiometric
faktor).
Faktor stoikiometrik mengaitkan jumlah dua zat yang terlibat dalam
reaksi kimia, berdasarkan mol. Jadi, faktor stoikiometrik adalah
rasio mol (Petrucci, 2015).
Dalam
ilmu kimia, stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung
hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia
(persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani stoikheion
(elemen) dan metria (ukuran). Stoikiometri reaksi adalah penentuan
perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa dalam pembentukan
senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya
diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia.
Hukum
kimia adalah hukum alam yang relavan dengan bidang kimia. Konsep
paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang
menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu
reaksi biasa. Fisika modern menunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi
adalah konservasi energi, dan bahwa energi dan massa saling
berhubungan suatu konsep yang menjadi penting dalam kimia nuklir.
Konservasi energi menuntun ke suatu konsep-konsep penting mengenai
kesetimbangan, termodinamika, dan kinetika.
Hukum
tambahan dalam kimia mengembangkan hukum konservasi massa. Hukum
perbandingan tetap dari Joseph Proust menyatakan bahwa zat kimia
murni tersusun dari unsur-unsur dengan formula tertentu kita sering
mengetahui bahwa susunan struktural unsur-unsur ini juga penting.
Hukum perbandingan berganda dari John Dalton menyatakan bahwa zat-zat
kimia tersebut akan ada dalam proposi yang berbentuk bilangan bulat
kecil (misalnya 1:2, O:H, dalam air = H2O)
(Barsasella,2012).
Kimiawan
besar Prancis Antoine Lavoisier menggunakan neraca untuk menunjukkan
bahwa jumlah dari massa produk reaksi kimia sama dengan jumlah massa
reaktannya. Ia memanaskna merkuri dalam labu tertutup yang berisi
udara. Setalah bebrapa hari, muncul zat berwarna merah, yaitu
merkuri(II) oksida. Gas yang tersisa didalam labu berkurang massanya
dan tidak dapat lagi menyangga kehidupan atau pembakaran; lilin tidak
menyala didalamnya, hewan akan mati lemas bila dipaksa bernapas
didalamnya. Sekarang kita tahu bahwa gas yang tersisa adalah
nitrogen, dan oksigen diudara telah berekasi dengan merkuri.
Lavoisier kemudian mengambil dengan hati-hati oksida merkuri yang
berwarna merah itu dan memanaskannya dengan kuat. Ia menimbang baik
merkuri maupun gas yang dihasilkan dan menunjukkan bahwa massa
gabungannya sama dengan massa merkuri(II) oksida yang digunakan
semula. Sesudah melanjutkan eksperimennya, Lavoisier akhirnya dapat
menyatakan hukum kekekalan massa:
“Dalam
setiap operasi kimia, kuantitas materi sebelum
dan
sesudah reaksi selalu sama”
Lavoisier
ialah orang pertama yang mengamati bahwa reaksi kimia analog dengan
persamaan aljabar. Kita dapat menuliskan reaksi keduanya sebagai
2
HgO hasil dari 2 Hg + O2
Suatu
pertentangan mucul diantara dua aliran pemikiran, yang dipimpin oleh
dua kimiawan Prancis Claude Berthollet dan Joseph Proust. Berthollet
percaya bahwa proporsi (berdasar-massa) dari unsur-unsur didalam
senyawa tertantu tidak tetap tetapi beragam dalam kisaran tertantu.
Air misalnya, tidak selalu mengandung 11,1 % hidrogen berdasar-massa,
tetapi dapat saja sedikit lebih kecil atau lebih besar daripada
presentase massa tersebut. Proust tidak setuju, dengan alasan bahwa
keragaman itu timbul akibat pengotor dan galat (error) eksperimen. Ia
juga menekankan perbedaan antara campuran homogen dan senyawa kimia.
Melalui pekerjaannya yang cermat, Proust menyatakan hukum proporsi
tetap:
“Dalam
suatu senyawa kimia, proporsi berdasar-massa dari unsur-unsur
penyusunnya adalah tetap, tidak bergantung pada asal-usul senyawa
tersebut atau cara pembuatannya”
Pada
waktu itu, kimiawan Prancis Joseph Gay- Lussac melakukan eksperimen
yang sangat penting mengenai volume gas yang bereaksi dengan gas lain
membentuk gas baru. Ia menemukan hukum penggabungan volume:
“Volume
dua gas yang bereaksi (pada suhu dan tekanan yang sama) merupakan
nisbah dari bilangan-bilangan bulat yang sederhana. Demikian pula,
nisbah volume dari setiap produk gas terhadap volume dari
masing-masing volume gas yang bereaksi merupakan nisbah dari
bilangan-bilangan bulat yang sederhana”.
Kita
ambil tiga contoh:
2
volume hidrogen + 1 volume oksigen menghasilkan 2
volume uap air
1
volume nitrogen + 1 volume oksigen menghasilkan 2 volume nitrogen oksida
3
volume hidrogen + 1 volume nitrogen menghasilkan 2 voluma ammonia
Gay-Lussac
tidak mengeluarkan teori mengenai temuan-temuan eksperimennya, tetapi
segera setelah ia mempublikasikannya, seorang kimiawan Italia, Amedeo
Avogadro, menggunakan temuan-temuan tersebut untuk merumuskan sebuah
hipotesis yang penting. Pada tahun 1811, Avogadro menyatakan postulat
yang akhirnya terkenal sebagai hipotesisi Avogadro:
“Pada
volume yang sama, gas-gas yang berbeda (pada suhu dan tekanan yang
sama) mengandung partikel yang jumlahnya sama”
(Oxtoby, 2005).
Bobot
atom dapat dihitung dengan membandingkan massa dari sejumlah besar
atom dari satu jenis dan sejumlah atom yang sama dari berat atom
baku,
.
Jumlah yang diambil adalah jumlah atom yang terdapat dalam 12,00000 g
.
Jumlah ini, nilainya adalah 6, 0225 1023,
(biasanya dibulatkan menjadi 6,02 1023)
disebut Bilangan Avogadro, NA,
istilah
lain yang hampir satu arti dengan bilangan Avogadro adalah mol.
“Satu
mol zat adalah jumlah dari suatu zat yang mengandung jumlah satuan
dasar yang sama seperti halnya atom-atom
dalam 12,00000 g
.”
Bila
suatu zat mengandung atom-atom dari nulkida tunggal, bisa ditulis
sebagai:
1
mol
mengandung 6, 0225 1023
atom-atom
dan bobotnya 12,00000 g.
1
mol
mengandung 6, 0225 1023
atom-atom
dan bobonya 15,9948 g, dan seterusnya (Petrucci, 2005).
Dalam
stoikiometri adalah memberikan reaksi kimia yang pereaksi-pereaksinya
bergabung dengan nisbah bilangan bulat sederhana. Persamaan kimia
merupakan suatu cara untuk menyatakan reaksi kimia menggunkan
seperangkat lambang bagi partikel yang berperan serta (atom, molekul,
ion, dll) misalnya :
xA+ yB menghailkan zC + wD
Panah
tunggal digunakan untuk reaksi tak reversibel, panah ganda untuk
reaksi yang reversibel. Bila reaksi melibatkan berbagai fase, fase
ini biasanya dicantumkan dalam tanda kurung sesudah lambang (s =
padat, l = cair, g = gas, aq = berair). Bilangan x, y, z, dan w
menunjukkan jumlah relatif molekul yang bereaksi dan dinamakan
koefisien stoikiometrik. Jumlah koefisien pereaksi dikurangi jumlah
koefisien produk (x y – z – w) disebut jumlah stoikiometrik.
Jika jumlah ini nol, persamaannya seimbang. Kadang-kadang persamaan
kimia umum dapat ditulis sebagai :
V1A1 + V2A2 + …. menghasilkan VnAn +Vn+1An+1 + ….
Dalam
hal ini, V1A1
=
0, dengan perjanjian bahwa koefisien stoikiometri disini adalah V1.
Koefisien
reaksi merupakan perbandingan jumlah partikel dari zat yang terlibat
dalam reaksi. Oleh karena 1 mol setiap zat mengandung jumlah partikel
yang sama, maka perbandingan jumlah partikel sama dengan perbandingan
jumlah mol. Jadi, koefisien reaksi merupakan perbandingan jumlah mol
zat yang terlibat dalam reaksi dan perbandingan volume gas-gas dalam
rekasi.
Secara
umum, untuk menentukan koefisien dalam persamaan kimia diperlukan
sederetan hasil percobaan. Salah satu cara sederhana untuk menentukan
koefisien reaksi yaitu dengan metode variasi kontinu. Pada dasarnya
dalam sederetan percobaan dilakukan, jumlah molar total campuran
pereaksi dibuat tetap sedangkan jumlah molar masing-masing dibuat
berubah secara teratur (diberagamkan secara beraturan dan kontinu).
Perubahan yang terjadi akibat adanya rekasi antara campuran perekasi
seperti massa, volum, dan suhu dialurkan terhadap jumlah molar
masing-masing pereaksi dalam suatu grafik, sehingga diperoleh titik
optimum. Titik optimum terbentuk menyatakan perbandingan koefisien
dari masing-masing pereaksi (Keenan,1992).
DAFTAR
PUSTAKA
Barsasella,
Diana. 2012. Buku
Wajib Kimia Dasar.
Trans Info Media, Jakarta.
Keenan,
W. Charles. 1992. Ilmu
Kimia
untuk Universitas edisi Keenam. Terjemahan
dari General College Chemistry sixth edition oleh Aloysius Hadyana
Pujaatmaka. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Oxtoby,
David W. 2005. Prinsip-prinsip
Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Terjemahan
dari Principles of Modern Chemistry Fourth Edition oleh Suminar
Setiati Achmadi. Penerbit Erlangga, Jakarta
Petrucci,
Ralph H. 2005. Kimia
Dasar Prinsip-Prinsip dan Terapan Modern edisi Keempat Jilid 1.
Terjemahan dari General Chemistry, Principles and Modern Applications
Fourth edition oleh Suminar Achmadi. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Petrucci,
Ralph H., Harwood, William S., dkk. 2015. Kimia
Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern edisi Kesembilan Jilid 1.
Terjemahan dari General Chemistry Principles and Modern Applications
Ninth edition oleh Suminar Setiati Achmadi. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Komentar
Posting Komentar